Akhir-akhir ini lagi gencar-gencarnya nih sama yang namanya 'Go Green'. Yah sebenernya sih bisa dibilang kita ini telat banget kalau sekarang ribut-ribut masalah penghijauan. Gimana enggak? Coba lihat disekeliling kita udah jarang banget ditemuin pepohonan. Jangan harap deh kita masih bisa lihat hijaunya persawahan di tengah kota Jakarta dan sekitarnya. Ada lahan sedikit, yang ada buat bangun pabrik, Franchise, Perkantoran, bahkan sampai pusat perbelanjaan. Ujung-ujungnya disangkut pautkan sama yang namanya Lifestyle! Jaman sekarang, pusat perbelanjaan layaknya mall tak bisa dipungkiri memang menjadi salah satu tempat (wisata) bagi remaja, bahkan tak mengenal usia. dari yang muda hingga tua, mall dijadikan Lifestyle yang gak bisa lepas dari keseharian.
Gaya hidup hijau dan ramah lingkungan menjadi sebuah gerakan sendiri yang hingga saat ini masih gencar dilakukan dimana-mana. Mulai dari individu, organisasi, Masyarakat, semua berlomba-lomba mencanangkan gaya hidup yang ramah lingkungan atau biasa kita dengar dengan istilah 'Go Green'. Singkatnya, gaya hidup hijau menjadi tren yang ramai-ramai diikuti. Tak hanya menjadi tren tetapi juga menjadi daya jual yang digunakan untuk memasarkan produknya. Tak sedikit para entrepreneur menyelipkan embel-embel 'Go Green' untuk kepentingan bisnisnya.
Sebenarnya seperti apa produk yang dikatakan ramah lingkungan sih? Mentang-mentang GREEN, trus semua warnanya harus disangkut pautkan dengan warna hijau???? Heheh, ya enggak lah. Kriterianya adalah sebagi berikut: Jumlah emisi karbon yang dihasilkan dalam proses produksi berdasarkan penggunaan sumber energi listrik; penggunaan substansi dalam komponennya (apakah masih menggunakan substansi beracun atau tidak); kemampuan daur ulang produk itu, serta program daur ulang yang disediakan perusahaan terhadap produk-produk yang sudah melewati masa pakainya; dan kemasan (plastik, kertas, dan lain-lain).
Gerakan penghematan kertas mengilhami terbentuknya Datangya yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 1 Maret 2012. Wah, jangan berpikir dengan begitu kita gak usah belajar yah karna alasan mau irit kertas. Mulanya saya tertarik dengan salah satu kerabat saya yang tiba-tiba mengundang saya di jejaring sosial untuk menghadiri walimah (pesta pernikahan). Satu kata yang terbesit, LUCUUU!! Beda dari biasanya. Usut ketemu usut, saya coba cari tau siapa penggerak ide tersebut. Namun tak saya temukan siapa penggerak pertama yang mempunyai ide tersebut. hemm... langsung deh pemikiran ekonominya muncul. Kalo dari segi harga ya udah jelas pastinya lebih murah dan kita juga gak perlu repot untuk datangi rumah teman satu-satu. tinggal sekali 'klik', semua beres deh. desainnnya juga menarik dan bisa dibilang 'different'.
Berminat?? Semua tergantung kalian semua. Kalo gitu dimana tempat yang menyediakan hal tersebut? Soal itu, saya gak lagi promo nih. Mau dimana dan sama siapa itu pilihan kalian. Kalau emang bisa desain sendiri, yang pasti lebih so sweet kan? Udah hemat biaya, nge-desain buat acara pernikahan sendiri pastinya ada momen yang gak bisa dilupakan. Sensasinya pun juga jelas berbeda ketimbang desain spanduk ataupun banner. Selain itu, kita juga bisa membantu program pemerintah kan. So, tunggu apalagi??? Tunggu jodoh? Wah, kalau soal itu udah out of topic. Sorry yaa :p