Assalamu’alaykum
wr. Wb . . . . . . .
Teruntuk
saudariku muslimah yang sedang membaca untaian kalimat yang ku buat, kata
per-kata ku susun hingga menjadi sebuah cerita manis yang tidak mungkin aku
lupakan. Bersyukur atas kehadirat Allah SWT yang karena nikmat dan hidayahNya
hingga akhirnya aku diberi kesempatan untuk menuaikan cerita hidupku. Cerita
yang akan selalu kuuikir manis sepanjang masa. Cerita yang mengantarkanku pada
titik temu yang selama ini aku cari. Rasanya bagaikan menemuka setetes air di
gurun sahara.
Mencoba menoleh
sebentar akan sosok diriku beberapa tahun yang lalu. Seorang muslimah dengan
jeans ketatnya bak rocker, dibalut dengan kerudung gaul yang lagi nge-trend
saat itu. Rasanya kurang pas jika balutan kerudung yang kupakai tidak disatu
padankan dengan baju yang sedang nge-trend pada masa itu. Ya, hidupku memang tak
jauh dari muslimah biasanya dengan kegiatan yang mungkin tidak sama sekali
berbeda dengan kalian diluar sana. Biasa saja! Dua kata yang bisa ku
deskripsikan tentang diriku. Tidak pernah kutemukan rasa bersyukur kepada sang
pencipta atas apa yang telah terjadi padaku saat itu. Bagai air yang tak pernah
terjamah oleh manusia, mengharap belas kasih manusia untuk meneguk. Jangankan
meneguk, untuk menyentuh pun rasanya tak ingin saking keruhnya air itu. Air
yang hanya diam pun lama-lama akan mengeruh karena tidak adanya pergerakan. Ya
seperti itulah gambaran manusia layaknya air yanb tak beriak.
Pikir-pikir setiap
hari kayanya ada yang kurang dalam diri. Entah apa tapi selalu merasakan hal
itu. Alhamdulillah aku selalu diberikan posisi yang aman dan nyaman sama Allah.
Terutama soal pendidikan. Dari dulu, Allah selalu berikan aku peringkat pertama
dikelas. Dan lagi sekarang saat duduk dibangku kuliah aku diberi kesempatan
untuk menjadi bagian dari teman-teman aku yang bisa dibilang IPK nya cukup
lumayan tinggi. Namun, masih saja terasa kurang. Apa ya? Setiap hari merasa
resah, hidup terasa gelisah. Pikiran pun tak tenang. Ya Allah, apa sebenarnya
yang terjadi pada diri ini. Ada apa di balik semua ini. Apa yang kurang dari
diriku. Bantu hamba untuk mencari jalan keluarnya.
Hampir 2 tahun
aku memutuskan diri untuk berjilbab. Tapi rasa-rasanya kok hidup kaya gini-gini
aja. Bukannya semakin baik malah semakin buruk kalau dibilang. Terbesit pikiran
seperti ini “Man, kalau manusia hidup gak ada pergerakan yang lebih baik bahkan
lebih mundur mendingan nggak usah hidup. Buat apa hidup ga ada
kebermanfaatannya sama sekali. Pakai jilbab udah 2 tahun tapi kok nggak sama
sekali mencerminkan muslimah yang baik. Kamu bawa nama agamu man, tanggung
jawab sama apa yang kamu kenakan. Malu man kalau nama ISLAM jadi jelek
gara-gara kamu”. Gak tau syaitan apa yang lagi merasuk kedalam tubuhku hingga
aku berpikir demikian. Pergaulan pun kian hari nggak ada peningkatan. Banyak
teman yang mengkhianati, banyak teman yang saling membicarakan, dan lagi banyak
juga yang mencibirku. Mulai dari sikapku mungkin atau gaya bicaraku yang
dibilang ceplas-ceplos yang terkadang menyakitkan perasaan orang lain tanpa aku
sadari. Mungkin sudah terlalu banyak lidah ini menyakiti hati orang lain. Ya
Allah hanya padamu aku memohon sedalam-dalamnya jika diri ini saja pun tak
sanggup untuk menghitung seberapa banyak. Belum lagi ditambah ingkunganku
dibidang entertainment. Aku mengikuti salah satu kegiatan mahasiswa di kampus
yaitu paduan suara. Selepas latihan paduan suara biasanya aku dan kawan-kawan
menyempatkan diri untuk jalan-jalan ataupun kumpul-kumpul sebentar hanya untuk
sekedar ngobrol-ngobrol. Tak banyak dari temanku yang bertanya “kok bisa sih
man setiap hari kerjaan lo kaya begini tapi bisa masuk kelas unggulan?” hahaha
pertanyaan yang mungkin sebenernya agak jlebbb tapi entah kenapa saat itu aku
merasa hal itu bukan hal yang aneh bahkan biasa saja dan tidak perduli orang
lain mau bicara apa. Ya, gaya emang nomor satu. Main boleh sama siapa aja tapi
prinsipku sejak dulu, soal nilai dan pendidikan itulah yang nomor satu. Terserah
teman-teman yang lain mau jungkir balikpun nggak perduli, kalau mereka ajak
bolos kuliah aku pun hanya bilang “Sorry, gue punya tanggung jawab sama
orangtua gw yang udah ngirim gue ke depok buat kuliah. Soalnya beliau yang
kasih uang bayaran, kalau gue bolos lo mau nggak tanggung jawab sama nilai gue
dan bayaran gue semester besok??” hahaha. Ujung-ujungnya mereka pun meledek. Tapi
sekali lagi, hal itu tak terlalu aku hiraukan.
Hari demi hari,
semester demi semester pun aku lalui. Kira-kira waktu itu semester 5 pun datang.
Kebetulan aku kedapatan 2 SKS matakuliah pendidikan agama islam. Kangen juga,
berasa kembali ke SMA lagi kalau inget pelajaran ini. Hari itu dosen agamaku
menjanjikan bahwa minggu depan akan diadakan pengambilan nilai untuk membaca
Al-Qur’an sebagai nilai tambah untuk Ujian Tengah Semester (UTS). “Ah selow aja
lah, Cuma ngaji ini kan. Yang penting jangan lupa minggu depan bawa Al-Qur’an” –
Seminggu kemudian – “Yak, Sekarang Syifa Rizky Amanda yang giliran maju kedepan
untuk membacakan potongan ayat yang akan saya berikan” , ujar dosenku. Beliau berkata
demikian sehingga akupun menyegerakan diri untuk maju ke depan untuk
pengambilan nilai.
Dosen X : Coba yang ini dibaca (Sambil
menunjuk potongan ayat yang beliau berikan)
Aku : “Bismillahirrahmaniirrahiim, …………….”
Dosen : Coba di baca ulang!!
Aku : “Bismillahirrahmaniirrahiim, …………….”
Dosen : Maksud saya bacanya coba yang bener!
Aku : itu udah yang bener pak, maaf salahnya
saya di mana ya?
Dosen : Saya mau Tanya, kamu ngaji sehari berapa
kali?
Aku : Emangnya kenapa pak? Emmm, seminggu
sekali mungkin pak saya juga lupa.
Dosen : Astagfirullah, kamu sampai lupa?? Lalu kamu
kalau mengjai biasanya sama siapa?
Aku : sama temen saya pak, kadang sendiri
sih pak kalau selepas sholat.
Dosen : kamu besok panggil guru ngaji yah, bacaan
kamu berantakan banget. Saya khawatir kalau kamu ngaji sendirian nggak ada yang
bimbing.
Kira-kira
demikian percakapanku dengan dosen Agamaku di siang itu. Sewaktu ku lihat, dia memberikanku
nilai C-. bayangkan, itu sebuah nilai yang buruk. Bahkan nilai buruk yang
pernah aku dapatkan sedari duduk dibangku sekolah dasar. Entah apa pikiranku
saat itu, rasa kesal, ngedumel, jengkel, mau nangis, campur aduk deh pokoknya. Gado-gado
sih enak kalau dicampur-campur, tapi ini abstrak banget bahkan random banget
nggak bisa lagi dijelasin pakai kata-kata.
Hari
itu bagaikan mimpi buruk bagiku, sedari dulu aku nggak pernah dapat nilai
jelek. Ini dapet C- dan itu nilai agama. AGAMA lho AGAMA!!! Tiba-tiba ada
bisikan kecil mengatakan “gue sih malu man kalau nanti anak lo lihat kalau ibu
nya nilainya bagus-bagus tapi ngajinya nggak bener”. Jlebbb, makin meracau
rasanya kedatangan pikiran seperti itu. HELLLLLLLLLPPPPPPP siapapun tolong
bantu please!!!
Beberapa hari
kemudian aku datangi temanku yang ku tahu dia mengikuti salah satu kegiatan
rohani islam dikampus. “eh sist, biasanya lo kalau ngaji dimana sih? Gue mau
dong ikutan. Gue malu gila dosen kemarin ngomong kaya gitu ke gue”. Temanku pun
menjawab dengan bijak perihal keinginanku saat itu, ia mengajakku untuk
mengikuti kegiatan mentoring. Padahal yang ku mau adalah belajar mengaji. Tapi Alhamdulillah,
aku telah tersesat dijalan yang benar. Kalau saja temanku tak mengenalkanku apa
itu mentoring atau halaqah, mungkin aku nggak bisa cerita pengalaman semua ini.
“gue harus pakai baju apa dan bawa apa aja nih? Taku salah kostum?”, “pakai rok
aja deh, gue sih biasanya juga kalau mentoring pakai rok. Emm, nggak enak sama
kakaknya”. Baiklah ku turuti perkataan temanku. Kali itu pertama kalinya aku
tahu apa itu mentoring dan ngapain aja disana.
“Eh kenalan
dulu dong, kamu temannya nana (nama disamarkan) ya? Kenapa kalau boleh tau mau
ikutan mentoring?” aku pun menjawab pertanyaan kakak itu dengan lugas bahwa aku
ingin mempelajari ilmu agama lebih dalam. Disana aku mendapati teman-teman yang
baik. Padahal, saat itu aku merasa bahwa akulah yang paling aneh diantara yang
lain. Mereka bagaikan bidadari yang ku lihat dibumi. Tuturnya, sikapnya,
kepiawan mereka dalam berkata sungguh membuatku jatuh hati. Ternyata begini ya
kehidupan real seorang muslimah. Mengisi kajian, mengisi jam dengan tilawah dan
mentadaburi Al-Qur’an, mengerjakan amal ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Wah,
sangat jauh dari diriku. Malu rasanya untuk datang lagi, tapi aku optimis kalau
aku harus memaksa diri dan menghilangkan rasa malu yang ada didalam hati kalau
aku mau berubah.
Akhirnya kegiatan
itu pun aku lakukan dengan rutin, tapi nggak gitu aja langsung berubah. Lagi-lagi
Allah menunjukanku tentang indahnya perjalanan Hijrah. Aku melihat sesosok
perempuan berjilbab panjang berjalan didepanku, pikirku “Subhanallah,
cantiknya. Shalihah sekali, gak tau kenapa adem banget ngeliatnya. Pengen banget
ya Allah”. Cuma berani berkata dalam hati. Inilah orang cupu sesungguhnya,
ingin sesuatu tapi Cuma berkata dalam hati tanpa mencoba melakukannya. Lama-lama
berpikir, kalau Cuma mau doang tapi nggak dilakuin kapan bisa terwujud apa yang
diinginkan.
Hari ini aku
berencana untuk pulang kerumah, kebetulan aku ngekos. Aku mencoba menambah
lipatan jilbabku dan memanjangkannya. Iming-iming dengan keinginanku semalam,
aku ingin mencobanya. Mungkin dengan mencoba feelnya lebih dapet… Tadaaaa,
ternyata dengan begini rasa manisku nggak luntur kok karena jilbabku. Justru aku
merasa lebih mantap untuk berhadapan dengan Allah sang maha pencipta. Sudahlah berhias
diri depan manusianya, lagian aku merasa nggak aka nada habisnya jika aku terus
berkaca agar manusia lain melihat. Tapi sesungguhnya aku tak pernah berpikir
apa yang Allah liat jika aku nggak pernah sama sekali berdandan untukNya dengan
mempercantik diri dengan membasuh air wudhu untuk beribadah. Manda, its your
time to change!!! Baiklah, aku mencoba untuk memantaskan diri lebih dalam. Setelah
itu, nggak sedikit teman-teman yang mencemooh bahkan berkata yang
bermacam-macam akan jilbab baruku ini. “kaya ibu-ibu deh, dandan yang
sewajarnya aja kali”, “jadi islam yang biasa-biasa aja gitu terlalu etrkesan fanatik”,
“masih muda kali, ga nyesel nanti nggak bisa ikut trend fashion saat ini”, “aduh,
jilbab lo bikin gue gerah tau mana depok panas banget lo pake dobel dobel gitu”,
“emangnya mau apa perusahaan nerima lo kalo jilbab lo sepanjang kaya gitu. Mau makan
apa nanti?”, “lo ajaran sesat ya pasti, ikut kajian apa lo?? Awas bentar lagi
pasti bakalan jadi ninja gaull nih pake cadar”, “emm, kayanya lo patah hati ya
man trus langsung frustasi makanya sekarang kerjaannya ke masjid mulu”. Itulah sebagian
omongan-omongan yang sering aku dengar. Sebenarnya sesekali mencoba untuk
menutup telinga, nggak perduli mereka mau ngomong apa. Toh lebih indah jika
Allah yang memberi komentar. Tak sedikit juga sorot mata yang memandangku ‘aneh’
dan ‘ribet’. Padahal, aku merasa nyaman seperti ini. Nggak repot-repot mau
bergaya dulu, praktis dan juga nggak rempong. Lagian, seandainya suatu saat aku
nggak dapet kerja karena alasan perusahaan tersebut nggak mau nerima pekerjanya
karena aku menggunakan jilbab, ku rasa itu justru perusahaan yang tidak baik,
kenapa? Emang salah kalau karyawannya takut sama tuhanNya? Loh, si boss aja
selalu pengen apa omongannya didenger, apalgi Allah yang punya alam semesta ini.
Bismilllah, aku melangkah karena Allah dan dengan menyebut nama Allah. Inshaa
Allah, Allah pun akan selalu menyertai langkah ini. Allah nggak akan membiarkan
hambaNya kesulitan. “barang siapa membela agama Allah maka Allah akan
membelanya”, kalau tidak salah ayat itu ada pada surat Muhammad:7. Syaitan selalu
saja menakut-nakuti aku akan kemiskinan dan kesusahan, tapi Allah selalu
berjanji pad Al-Qur’an bahwa Allah akan selalu membantu. Baiklah, ini raga dan
jiwa punyaMu ya Allah, mohon diatur baiknya gimana. Aku nggak akan takut lagi
sama peraturan yang manusia buat, karena sesungguhnya aku pun takut jika engkau
menolakku untu ada di syurgaMu. Semenjak itu, hidupku merasa berubah. Pertama,
aku diberikan kepercayaa untuk ada di salah satu komunitas muslimah terbesar di
Indonesia. Selain itu IPK ku yang makin melonjak dari sebelumnya. Nilai-nilai
dikampus semakin hari semakin baik. Banyak dosen dan teman-teman yang semakin
menyayangi. Segitu aja? Enggak masih banyak banget, Allah kasih kepercayaan
bukan di amanah yang biasa-biasa saja. Aku diizinkan menjadi ketua pelaksana di
acara yang cukup besar dikampus mengenai kemuslimahan, selain itu aku diberikan
kesempatan untuk menjadi seorang pembicara di geiatan kemuslimahan, yang sebelumnya
aku hanya seorang mentee namun sekarang aku diberi amanah untuk menjadi seorang
murobiyah. Tak berhenti sampai situ, aku dikasih lagi kesempatan utnuk menjadi
seorang trainer dan Alhamdulillah aku dikasih rizki untuk berkurban ditahun
ini. Alhamdulillah, tak henti-henti aku mengucap syukur jika aku sebutkan satu
per-satu hadiah terindah dari Allah ketika jalan hijrah ini memilihku. Aku tak
pernah berharap menjadi seseorang yang hebat, namun aku harap akan banyak
ribuan mata yang melihat dan ribuan telinga yang mendengar cerita hijrahku
sehingga tak akan ada lagi rasa keraguan dalm diri untuk melangkah jauh lebih
cepat menuju jalan Allah. Karena, jika kita memilih suatu jalan menuju jalan
Allah, aku pastikan kalian harus bersiap-siap diri menerima ribuan hadiah dan kado
terbaiknya Allah. Selain itu, Allah tunjukan jalan yang baik. Lewat event
penulisan #JalanHijrahku ini saya mencoba menuturkan apa yang pernah saya alami
dan rasakan mengenai perjalan ini hingga pada akhirnya jilbab panjang ini
berkibar di kepalaku dan ketika dakwah ini memilihku. Memang jalannya terasa
terjal, namun selalu ada jalan panjang yang menunggumu ketika jalan terjal itu
kau coba lewati. Selalu ada pelangi yang hadir ketika hujan datang. Dan itu lah
rasanya ketika kita memilih untuk berada dijalanNya dan menjadi pejuangnya
Allah. Wallahu’alam bishowab ^_^
Wassalamu’alaykum
wr. Wb . . . .